RSS

Category Archives: Infamilia

Hal Yang Ditakuti Dalam Mengasuh Anak

Zaman sekarang jadi orang tua tuh kayaknya lebih berat ya, secara anak2 sekarang juga makin pinter-pinter, jadi orang tua mesti berhati-hati dalam mendidik dan mengasuh anak, kalau soal tujuannya semua pasti sama, maunya punya anak yang baik, walaupun kadang terbentur dengan masalah cara keras atau lembut itu cuma soal gaya jadi bukan suatu masalah.

Menjadi orang tua itu adalah pekerjaan terbaik sekaligus mengerikan. saat si kecil mulai hadir berarti tambah tugas dan tanggung jawab hingga orangtua mulai menjalani siklus yang terdiri dari mengawasi, cemas, dan terbangun dengan rasa takut.

Berikut hal paling menakutkan tentang menjadi ibu atau ayah:

  1. Takut anak mewarisi sikap buruk. Ini terjadi karena sedari awal jutru para orangtua yang merasa takut menjadi seperti orangtua mereka sebelumnya hingga secara ga sadar menciptakan kecemasan jika anak-anaknya kelak seperti mereka juga, Ini biasanya terjadi pada anak yang merupakan korban perceraian, hingga takut anaknya kelak menghadapi persoalan yang sama.
  2. Takut Penyakit, biasanya ketakutan ini setelah mendengar berita tentang penyakit mengerikan pada anak atau melihat penderitaan orangtua yang memilki anak yang sakit hingga mungkin hati kita selalu khawatir terkena pada anak-anak. tapi kenyataannnya jumlah anak yang sehat lebih banyak dari yang sakit kok
  3. Takut kecelakaan di rumah, Sebelumnya kita tak menyadari bahwa barang-barang yang biasa yang kita menurut kita aman biasanya jadi sumber bahaya untuk anak-anak misalnya kursi malas, rak buku, kursi dll, tapi itu bukan alasan untuk mengekang anak2 bermain, tidak ingin juga kan punya anak yang hanya duduk manis menonton TV sepanjang hari
  4. Takut Tak bisa menjawab pertanyaan anak. Ya rasa ingin tahu anak memang kadang di sampaikan dengan berbagi pertanyaan yang kadang lucu, menggelikan, aneh dan beruntun, dan orangtua kadang bosan dan kesal, inget aja bahwa rasa ingin tahu adalah tanda pertumbuhan, begitu menginjak usia remaja, tirai kebisuan akan diturunkan sang anak, jangan lewatin masa ini.
  5. Siapa Yang menentukan. Sebagai orang tua, kita berusaha jadi orang tua yang baik, ideal namun jangan lupa orangtualah yang pegang kendali karena anak pada dasarnya perlu batasan-batasan sehingga dia bisa lebih disiplin dan diatur meski sekali-sekali ada keputusan yang akan meminta pertimbangan anak.
  6. Menyamaratakan, Setiap anak dilahirkan dengan keunikan masing-masing bahkan sesama saudara kandung sekalipun bisa berbeda kebiasaan dan pola tingkah laku, misalnya jika anak tetangga usia 2 tahun sudah tidak ngompol maka jangan khawatir jika anak anda yang sudah 4 tahun masih ngompol. Toh orang dewasa di sekeliling kita juga tak ada yang sempurna kan?
  7. Marah, kadang kita menemui si kecil yang marah hanya karena acara kesukaannya habis, si kecil sampai menangis berguling-guling, dan sbg orangtua kita malah ikut-ikutan marah karena berharap bisa mengendalikan tangisannya. Tapi kenyataannya sulit, jangan terlalu cemas toh tak pernah seorangpun menyaksikan lulusan minimal SMU menangis berguling-guling dilantai.
  8. Krisis Keuangan. Zaman sekarang semua serba mahal, dari mulai soal perut hingga pendidikan, trus bagaimana nanti mungkin itu pikiran para orangtua hingga ada yang kemudian me-leskan anak dengan berbagai macam keterampilan dengan harapan kalaupun tak ada biaya kelak, sang anak masih berkesempatan sekolah dengan beasiswa. cara itu tak salah sama sekali tapi yang jelas mumpung anak masih kecil kita masih punya waktu untuk menyiapkan rencana biaya pendidikan untuk masa depan anak.
  9. Menjadi orang tua sampai tua, ya biasanya berlaku pada orang yang berprinsip banyak anak banyak rezeki.
  10. Pertimbangan terpenting. Sebenarnya kecemasan orangtua adalah berapa besar kasih sayang yang bisa diberikan terhadap anak, merasa kita tak bisa hidup tanpa mereka, ya itu memang benar maka nikmatilah menjadi orang tua.
 
1 Comment

Posted by on March 23, 2011 in Infamilia

 

Tipe Pola Asuh Orangtua Pada Anak & Cara Mendidik Anak Yang Baik

Setiap orang umumnya akan menikah dan memiliki anak. Anak adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga dan kita didik sedemikian rupa agar setelah mereka besar dapat menjadi orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara serta dapar membahagiakan dan membanggakan orang tua yang telah susah payah membesarkannya dengan cina dan kasih sayang.

A. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Kepada Anak :

1. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.

Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.

Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

2. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.

Anaka yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

3. Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.

Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.

B. Beberapa Tips Cara Mendidik Anak Kita Yang Baik :

1. Baik ibu dan ayah harus kompak memilih pola asuh yang akan diterapkan kepada anak. Jangan plin-plan dan berubah-ubah agar anak tidak menjadi bingung.

2. Jadilah orangtua yang pantas diteladani anak dengan mencontohkan hal-hal positif dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai anak dipaksa melakukan hal baik yang orangtuanya tidak mau melakukannya. Anak nantinya akan menghormati dan menghargai orang tuanya sehingga setelah dewasa akan menyayangi orangtua dan anggota keluarga yang lain.

3. Sesuaikan pola asuh dengan situasi, kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak. Polas asuh anak balita tentu akan berbeda dengan pola asuh anak remaja. Jangan mendidik anak dengan biaya yang tidak mampu ditalangi orangtuanya. Usahakan anak mudah paham dengan apa yang kita inginkan tanpa merasa ada paksaan, namun atas dasar kesadaran diri sendiri.

4. Kedisiplinan tetap harus diutamakan dalam membimbing anak sejak mulai kecil hingga dewasa agar anak dapat mandiri dan dihormati serta diharga masyarakat. Hal-hal kecil seperti bangun tidur tepat waktu, membantu pekerjaan rumah tangga orangtua, belajar dengan rajin, merupakan salah satu bentuk pengajaran kedisiplinan dan tanggungjawab pada anak.

5. Kedepankan dan tanamkan sejak dini agama dan moral yang baik pada anak agar kedepannya dapat menjadi orang yang saleh dan memiliki sikap dan perilaku yang baik dan agamis. Anak yang shaleh akan selalu mendoakan orangtua yang telah melahirkan dan membesarkannya walaupun orangtuanya telah meninggal dunia.

6. Komunikasi dilakukan secara terbuka dan menyenangkan dengan batasan-batasan tertentu agar anak terbiasa terbuka pada orangtua ketika ada hal yang ingin disampaikan atau hal yang mengganggu pikirannya. Jika marah sebaiknya orangtua menggunakan ungkapan yang baik dan tidak langsung yang dapat dipahami anak agar anak tidak lantas menjadi tertutup dan menganggap orangtua tidak menyenangkan.

7. Hindari tindakan negatif pada anak seperti memarahi anak tanpa sebab, menyuruh anak seenaknya seperti pembantu tanpa batas, menjatuhkan mental anak, merokok, malas beribadah, menbodoh-bodohi anak, sering berbohong pada anak, membawa pulang stres dari kantor, memberi makan dari uang haram pada anak, enggan mengurus anak, terlalu sibuk dengan pekerjaan dan lain sebagainya.

Demikian yang dapat disampaikan sangbapak pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua.

 
Leave a comment

Posted by on March 23, 2011 in Infamilia